SEJARAH SEMEN
Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundurnya kerajaan
Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan
bahwa kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras didalam air.
Nahan ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi. Penyelidikan
lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial dilakukan oleh
J. Parker pada masa yang sama. Bahan tersebut mulai digunakan sekitar awal abad
ke – 19 di Inggris dan kemudian di Perancis. Karya konstruksi sipil pertama
dikerjakan pada tahun 1816 di Souillac, Perancis berupa jembatan yang dibuat
dengan beton tak bertulang. Nama semen portland (Portland Cement) diusulkan
oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air, pasir, dan batu –
abatuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali diolah di
Pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen Portland pertama kali
diproduksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat
pada tahun 1875. sejak itu, semen portland berkembang dan terus dibuat sesuai
dengan kebutuhan.
Indonesia telah pula memiliki banyak pabrik semen portland modern dengan
mutu internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi itu
antara lain:
a) Pabrik semen Indarung yang
memproduksi Semen Padang di Padang, Sumatera Barat serta
pabrik semen Baturaja yang memproduksi semen Tiga Gajah,
keduanya terletak di Sumatera.
b) Pabrik Semen gresik, Smen
Cibinong, Semen Tiga Roda, dan Semen Nusantara di Jawa.
c) Pabrik Semen Tonasa di
Sulawesi.
JENIS SEMEN
a) Semen non – Hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat
mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh
utama dari semen nonhidrolik adalah kapur. Kapur dihasilkan oleh proses kimia
dan mekanis di alam. Kapur telah digunakan selama berabad – abad lamanya
sebagai bahan adukan dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada
piramida-piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan
sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.
Orang – orang Romawai
menggunakan beton untuk membangun Colloseum dan Parthenon, dengan cara
mencampur kapur dengan abu gunung yang mereka peroleh didekat Pozzuoli, Italia
dan mereka namakan Pozzolan.
Pondasi jlan pada zaman
Romawai, termasuk jalan ia Appia, merupakan tanah yang distabilkan dengan
kapur. Kini kapur digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia, industri
karet, industri kayu, industri farmasi, industri baja, industri gula, dan
industri semen. Jenis kapur yang baik
adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika
masih berbentuk kapur tohor (belum
berhubungan dengan air) dan
akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air.
Kapur tersebut dihasilkan denga membakar batu kapur atau kalsium karbonat
bersama beserta bahan – bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi,
alkali, alumina, dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur
tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu (800-1200) derajat
b) Semen Hidrolik
Semen hidrolik mempunyai
kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik
antara lain kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen
portland, semen, portland-pozollan, semen
portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya
adalah semen portland putih, semen warna, dan semen – semen untuk keperluan
khusus.
- Kapur Hidrolik
Bahan
Sebagian besar (65-75) bahan
kapur hidrolik terbuat dari batu gamping, yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya
berupa silika, alumina, magnesia dan oksida besi.
Cara Pembuatan
Kapur hidrolik dibuat dengan
cara membakar batu kapur yang mengandung silika dan lempung sampai menjadi
klinker dan mengandung cukup kapur dan silikat untuk menghasilkan kapur
hidrolik. Klinker yang dihasilkan haruss mengandung cukup kapur bebas sehingga
massa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor setelah berhubungan dengan
air. Bila kadar alumina dan silika dalam
batu kapur bertambah, maka panas yang terjadi berkurang dan pada suatu saat
reaksi antara air dan kapur tersebut berhenti. Pada suhu tinggi, alumina dan
silika berpadu dengan kalsium oksida, kalsium silikat, dan alumina yang tidak
mudah bergabung dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-gumpalan. Oleh karena
itu, kapur tohor ditambahkan pada saat pemberian air, sehingga
gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-pecah menjadi serbuk halus akibat
pengembangan kapur tohor.
Sifat – Sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik memperlihatkan
sifat hidroliknya, namun tidak cocok untuk bangunan-bangunan di dalam air,
karena membutuhkan udara yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur
adalah sebagai berikut:
a. Kekuatannya rendah
b. Beratjenis rata-rata 1000
kg/m3.
c. Bersifat hidrolik
d. Tidak menunjukkan pelapukan
e. Dapat terbawa arus.
Perawatan kapur hidrolik
dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri setelah 15 (lima belas) jam.
- Semen Pozollan
Pozollan adalah sejenis bahan
yang mengandung silisium ataualuminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya
halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta
membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen. Semen pozollan adalah bahan ikat yang
mengandung silika amorf, yang apabila dicampur dengan kapur akan membentuk
benda padat yang keras. Bahan yang mengandung pozollan adalah teras, semen
merah, abu terbang, dan bubukan
terak tanur tinggi (SK.SNI T-15-1990-03:2).
- Semen Terak
Semen terak adalah semen
hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat
dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60 %beratnya berasal
terak tanur tinggi. Campuranini biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada
dua, yaitu:
1. Bahan yang dapat digunakan
sebagai kombmasi portland cement dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi
kapur dalam pembuatan adukan tembok.
2. Bahan yang mengandung bahan
pembantu berupa udara, yang digunakan seperti halnya jenis pertama.
- Semen Alam
Semen alam dihasilkan melalui
pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan.
Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina
dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium
oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap
mempunyai sifat hidrolik. Semen alam
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Semen
alam yang digunakan bersama-sama dengan portland cement dalam suatu konstruksi,
dan
2. Semen
alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu udara, yang fungsinya sama dengan
jenis pertama.
- Semen Portland
Semen portland adalah bahan
konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM
C150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen portland yang digunakan di Indonesia
harus memenuhi syarat SII. 0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia
1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut
(PB.1989:3.2-8).
Semen merupakan bahan ikat
yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi
sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat
halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat
kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi
beton keras (concrete).
Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi
teknik yang diberikan. Pemilihan tipe semen ini kelihatannya mudah dilakukan karena
semen dapat langsung diambil dari sumbemya (pabrik). Hal itu hanya benar jika
standar deviasi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal beberapa sumber
langsung dapat digunakan. Akan tetapi, jika standar deviasi hasil uji kekuatan semen
besar, hal tersebut akan menjadi masalah. Saat ini banyak
tipe semen yang ada di pasaran
sehingga kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 318-89:2-1). Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir
agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi ronggarongga udara di
antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar
10 %, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi
penting.
Sumber : Screah of Universias Mercu Buana
Jika ingin mengcopy Artikel ini Silahkan Sertakan Link yang terdapat pada halam ini. Terima kasih telah berkunjung
Sumber : Screah of Universias Mercu Buana
Jika ingin mengcopy Artikel ini Silahkan Sertakan Link yang terdapat pada halam ini. Terima kasih telah berkunjung
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung